Langsung ke konten utama

Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa

Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada murid-murid Yesus, “Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Maka pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (Mat 9:9-13)

Kristus melakukan dobrakan atas pemahaman dan praktik agama yg sudah berlangsung lama. Pemahaman dan praktik yg melanggengkan privilese satu kelompok kecil dan memarjinalisasi sebagian besar rakyat melalui pelabelan sebagai kotor dan pendosa. Kristus mendefinisikan ulang iman pada Yahwe bukan menyingkirkan pendosa melainkan merangkul dan melepaskan mereka dari kedosaan, iman yg diujudkan melalui tindak kasih, bukan ritual. Berkah dalem.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip Gunung Lambelu, 11 Februari 2024

Gunung Lambelu atau biasa oleh Masyarakat setempat di sebut Gunung Kamosope, dengan Ketinggian 460 Meter dari permukaan laut. Gunung ini terletak Desa Lambelu Kecamatan Pasi Kolaga, Kabupaten Muna. Gunung ini secara administratif wilayah masuk dalam wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Muna, akan tetapi secara Geografis masuk dalam dataran pulau Buton. . Konon menurut cerita dahulu kala di atas gunung ini pernah menjadi benteng pertahanan luar Keraton Buton dalam mempertahankan wilayahnya dari serangan Penjajah, hal ini terlihat pada jalur pendakian yang mendekati puncak gunung, dimana terdapat bebatuan yang disusun rapi berbentung benteng pertahanan.  . Di atas gunung ini juga terdapat hutan yg cukup rimbun, yang menjadi tempat hidup berbagai jenis satwa liar serta menjadi hutan yang menyerap air hujan dan mengalirkannya kembali bagi masyarakat sekitar. . #Salam_Lestari Lambelu 11 Februari 2024

Filsafat Dasar Muna

          Bapak Willem Saragosa menjelaskan bahwa umat di Pulau Muna mempunyai filsafat dasar, sama seperti Republik Indonesia mempunyai filsafat dasar lima sila, Pancasila. Hal yang sama berlaku untuk umat Pulau Buton. Sampai sekarang filsafat ini mempengaruhi masyarakat, seperti di saksikan oleh Pastor Wilem Daia yang meringkaskan filsafat dasar ini dalam tiga prinsip hidup. Menurut Bapak Wilem Saragosa, Filsafat Muna itu tergantung juga dari pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Intisari pendidikan yang harus di ajarkan oleh kedua orang tua terutama ibu terhadap anak-anaknya dapat di rumuskan sebagai berikut : Amamua motehie folumo dua kabholosino Lahataala. Artinya : Bapakmu harus engkau takuti bagaikan juga pengganti Yang Maha Kuasa Inamua motehie folumo dua kabholosino Nabi. Artinya : Ibumu harus engkau takuti bagaikan juga pengganti Nabi Isamua motehie folumo dua kabholosino Malaekati. Artinya: Kakakmu harus engkau takuti bagaikan juga pengganti M

Tentang Intoleransi

"catatan ini adalah hasil refleksi saya setelah mengikuti agenda Youtcamp Muda Toleran yang diselenggarakan oleh Jaringan Gusdurian di Yogyakarta" Menurut saya sikap Intoleran itu tidak dapat di justifikasi hanya pada satu fihak saja, dengan menggeneralisir suatu case tertentu. Setiap orang punya potensi untuk bersikap intoleran dalam berbagai konteksnya, baik agama, suku, ras dan budaya. Sebab sikap Intoleran menurut saya, berakar pada satu sikap yaitu "Egoisme Individu" (Ilusi Keakuan) padahal pada faktanya kita sebagai manusia tidak dapat hidup tanpa adanya manusia lainnya (makhluk sosial) Maka jalan untuk meretas sikap Intoleran ini adalah dengan membuka diri; pikiran terbuka, hati terbuka dan keinginan untuk berdialog dan bergaul dengan yang berbeda. Pada titik keterbukaan itu, akhirnya kita akan bertemu dalam nilai nilai inti kehidupan kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kemanusiaan dan Keadilan. Terimakasih untuk kesempatan belajar dan berbagi ber