Langsung ke konten utama

ASAP ROKOK SANG DIPLOMAT ULUNG


Pada Konferensi Meja Bundar (KMB) 23 Agustus 1949 yang digelar di Den Haag, Belanda ketika sesi jeda semua delegasi terganggu dengan kepulan asap rokok kretek yang dibakar oleh seorang pria tua berjenggot di pojok ruangan.

Beberapa orang dari delegasi Amerika Serikat, Belanda, Australia, dan Swedia perlahan mendekati pria tua yang tampak cuek meskipun sedang diperhatikan banyak orang.

"Apakah Tuan tidak punya rasa hormat?" Ujar delegasi Belanda.

"Apa maksud Tuan dengan tidak punya rasa hormat?" Jawab sang pria tua berjenggot tersebut.

"Asap dan aroma rokok itu sangat menyengat dan mengganggu kami semua." Kata delegasi Belanda.

Lantas, pria tua itu menjawab.

"Tahukah Tuan, aroma dari asap ini berasal dari Tembakau Deli, Cengkeh dari Sulawesi, dan Lada dari Lampung. Ketiga komoditas itulah yang mendorong Tuan beserta balatentara Tuan datang ke Negeri kami dan akhirnya menjajah kami, tanpa ketiga komoditas itu apa Tuan masih mau datang ke Negeri kami?"

Orang Belanda itupun tersipu malu, sementara delegasi Amerika Serikat, Australia, dan Swedia bertepuk tangan sebagai ungkapan rasa hormat.

Siapakah pria tua berjenggot itu?

Beliau adalah Haji Agus Salim, Bapak Pendiri Bangsa, tokoh yang menguasai 6 bahasa, dan seorang Diplomat ulung yang seumur hidupnya melarat demi pengabdiannya untuk bangsa dan negara.

Beliau dijuluki:
"THE GRAND OLD MAN"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Intoleransi

"catatan ini adalah hasil refleksi saya setelah mengikuti agenda Youtcamp Muda Toleran yang diselenggarakan oleh Jaringan Gusdurian di Yogyakarta" Menurut saya sikap Intoleran itu tidak dapat di justifikasi hanya pada satu fihak saja, dengan menggeneralisir suatu case tertentu. Setiap orang punya potensi untuk bersikap intoleran dalam berbagai konteksnya, baik agama, suku, ras dan budaya. Sebab sikap Intoleran menurut saya, berakar pada satu sikap yaitu "Egoisme Individu" (Ilusi Keakuan) padahal pada faktanya kita sebagai manusia tidak dapat hidup tanpa adanya manusia lainnya (makhluk sosial) Maka jalan untuk meretas sikap Intoleran ini adalah dengan membuka diri; pikiran terbuka, hati terbuka dan keinginan untuk berdialog dan bergaul dengan yang berbeda. Pada titik keterbukaan itu, akhirnya kita akan bertemu dalam nilai nilai inti kehidupan kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kemanusiaan dan Keadilan. Terimakasih untuk kesempatan belajar dan berbagi ber...

Trip Gunung Lambelu, 11 Februari 2024

Gunung Lambelu atau biasa oleh Masyarakat setempat di sebut Gunung Kamosope, dengan Ketinggian 460 Meter dari permukaan laut. Gunung ini terletak Desa Lambelu Kecamatan Pasi Kolaga, Kabupaten Muna. Gunung ini secara administratif wilayah masuk dalam wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Muna, akan tetapi secara Geografis masuk dalam dataran pulau Buton. . Konon menurut cerita dahulu kala di atas gunung ini pernah menjadi benteng pertahanan luar Keraton Buton dalam mempertahankan wilayahnya dari serangan Penjajah, hal ini terlihat pada jalur pendakian yang mendekati puncak gunung, dimana terdapat bebatuan yang disusun rapi berbentung benteng pertahanan.  . Di atas gunung ini juga terdapat hutan yg cukup rimbun, yang menjadi tempat hidup berbagai jenis satwa liar serta menjadi hutan yang menyerap air hujan dan mengalirkannya kembali bagi masyarakat sekitar. . #Salam_Lestari Lambelu 11 Februari 2024

sebab misteri Kerajaan Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil

“Aku bersyukur kepada-Mu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri Kerajaan Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.” (Mat 11:25-27) Orang kecil yg hidupnya tidak menentu mengandalkan hidup dari hari ke hari pada kepercayaan bahwa Bapa tidak akan abai dan senantiasa bersyukur atas rahmat yg diterima apapun bentuknya maupun berapapun nilainya. Mari belajar dari orang kecil. Berkah dalem.